Al-Khawarizmi Sang Ahli Matematika

Tak banyak ilmuwan yang pantas menyandang gelar pengubah dunia. Namun tokoh kita kali ini adalah perkecualian. Namanya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, lahir di Kheva, di selatan laut Aral. Wilayah ini kini termasuk Uzbekistan. Tak ada data pasti mengenai tahun kelahiranya. Diperkirakan, Khawarizmi lahir sekitar tahun 755 M dan pindah ke Baghdad di masa kecilnya.
Sama seperti ilmuwan al-Khindi yang bergelar “Filsuf dari Arab”, Khawarizmi juga bekerja di Baitul Hikmah yang dibangun pada masa kekhalifahan al-Ma’mun. Bersama dengan al-Khindi pula, ia mengerjakan proyek penerjemahan berbagai karya tulis para pemikir dari berbagai Negara.
Di Laboratoriumnya itulah Khawarizmi berusaha mengembangkan pemikiran hingga menjadi ahli Matematika terbesar sepanjang sejarah. Salah satu kontribusinya adalah penemuan cabang matematika: AL-JABAR dan ALOGARITMA. Ia tidak hanya mengenalkan aljabar secara sistematik tetapi juga mengembangkan hingga ke fungsi tangen. Selain itu, dialah juga yang menemukan dua kesalahan dalam rumus kalkuslus hingga akhirnya lahirlah konsep DIFERENSIASI.
Pemikiran Khawarizmi yang sangat berharga ini dituangkanya melalui berbagai tulisan. Selain aljabr wa al-muqabilah yang merupakan cikal bakal aljabar, ia juga menghasilkan tulisan di bidang aritmetika: kitab al-Jam’a wal Tafreeq bil Hisal al-Hindi. Kedua tulisanya ini diterjemahkan oleh Adelard dari Bath dan Gerard dari Cremona.
Seperti ilmuwan abad lalu lainya, Khawarizmi juga tertarik pada bidang astronomi dan geografi. Bahkan ia sangat menguasai dan memberi konstribusi penting di kedua bidang tersebut. Khawarizmi tidak hanya merevisi pemikiran Ptolomeus terhadap geografi teptapi juga mengoreksinya secara terperinci. Bersama 70 ahli geografi yang bekerja di bawah pimpinannya, dihasilkanlah peta bola dunia pertama di sekitar tahun 830 M.
Subhanallah, inilah salah satu perbedaan kualitas umat Islam kini dengan dulu. Sains dan teknologi begitu cemerlang di dunia Islam, sebaliknya masyarakat barat dan Eropa begitu terpuruk mengejar ketertinggalannya.
Namun, kini semuanya telah bergeser. Tentunya ini harus segera dikembalikan lagi. Seperti kata Nabi, hikmah, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah milik umat Islam yang hilang. Kapankah kita bisa mengambilnya lagi...?????
Sumber : ABU NAWAS MENGGUNCANG DUNIA

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites